Senin, 08 November 2010

Pulau Baru Muncul Mengandung Batu Bara


SINGKIL, KOMPAS.com — Gosong Wulawan, sebutan yang berarti karang emas untuk "pulau" yang baru tumbuh di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, diyakini mengandung material berharga berupa batu bara, gas, dan mineral pirit. Gundukan yang dinamai kubah lumpur itu kemarin tidak lagi menyemburkan lumpur, tetapi gas yang jenisnya belum teridentifikasi. Potensi barang tambang berharga itu diprediksi oleh tim ahli geologi yang menyelam dan mengambil sampel pasir dan batu di gundukan berbentuk kerucut itu, Rabu (21/4/2010). "Akan tetapi, prediksi itu masih memerlukan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lama," kata Teuku Mukhlis, ahli geologi dari Banda Aceh, dalam pertemuan dengan Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra di Gedung Olahraga Ketapang Indah, Singkil Utara, Kamis (22/4/2010). Kesimpulan lain menunjukkan bahwa gundukan berbentuk kerucut yang menyemburkan lumpur atau batuan itu bukanlah daratan dan tidak ditemukan daratan baru di situ. "Yang kami termukan di lokasi hanyalah kubah lumpur yang tidak berbahaya bagi kehidupan manusia di sekitarnya," kata Mukhlis didampingi koleganya sesama geolog, Khairil Basyar. Teuku Mukhlis dan Khairil sempat kehilangan kontak dengan Serambi Indonesia pada Rabu malam karena mereka ternyata masih berada di atas Kapal Baruna Jaya III (BJ3) dalam perjalanan dari Haloban ke perairan Singkil. Menurut Mukhlis, observasi di lokasi mencakup pengamatan visual di permukaan, pengambilan sampel air permukaan, pengukuran conductivity temperature depth (CTD), serta pengambilan foto bawah air dan sampel batuan dengan cara menyelam. Mukhlis mencatat, di situ hanyalah kubah lumpur dari dasar laut pada koordinat 02 derajat 17' 47,1'’ Lintang Utara (LU) dan 097o 13' 08,9'’ Bujur Timur (BT). Ditemukan pula gelembung-gelembung gas (udara) dalam jumlah sedikit dan kondisi air laut di lokasi cenderung lebih keruh. Tidak ditemukan lagi titik semburan lumpur. Adapun batuan yang dijumpai di kubah lumpur itu, antara lain, mineral lempung, batu bara, dan mineral pirit. "Untuk emas dan intan kemungkinannya sangat kecil, bahkan cenderung tidak ada," kata Teuku Mukhlis dan Khairil Basyar menjelaskan secara bergantian. Suhu di sekitar kubah lumpur itu 32 derajat celsius pada kedalaman lima sampai enam meter di sekitar kubah. Dijumpai pula beberapa gundukan lumpur dengan material yang mudah dihancurkan dengan tangan. Salah satu gundukan terbesar yang diukur dengan rollmeter berdiameter dasar 30 meter, tinggi 8 meter, diameter puncak kubah 3 meter yang berada pada kedalaman 5 meter. Tim observasi menemukan pula, lokasi kubah lumpur yang baru terdeteksi itu berada di daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Kondisi tatanan tektonik di sekitar lokasi menyebabkan labilnya litologi dan banyaknya struktur geologi yang terbentuk. Gempa terjadi pada 7 April 2010 berkekuatan 7,2 skala Richter menyebabkan terganggunya struktur sesar. Lokasi tersebut secara geologi jauh dari jalur gunung api karena berada pada cekungan muka busur, dan suhunya relatif rendah. Tak ditemukan ikan Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena alam yang terjadi itu adalah kubah lumpur atau mud volcano atau mud dome yang tidak terkait dengan keberadaan sebuah aktivitas vulkanik. "Kesimpulan ini diambil karena tidak ditemukannya air yang sangat panas di sekitar lokasi, dan adanya gelembung gas yang belum teridentifikasi yang kemungkinan gas metan," ulas ahli geologi berdarah Aceh tersebut. Dia juga menyebutkan bahwa tidak ditemukan ikan di sekitar kubah semburan. Ini dapat diasumsikan bahwa perubahan suhu dan adanya gas telah memengaruhi kondisi normal lingkungan sekitar sehingga ikan menjauhi lokasi tersebut. Hasil kajian awal, dengan melihat luas wilayah semburan relatif kecil, jarak dengan permukiman masyarakat relatif jauh sekitar 3 mil laut. Selain itu, semburan lumpur sudah sangat kecil dan hanya mengeluarkan gelembung gas yang relatif sedikit. Pada kondisi ini, fenomena yang muncul di lokasi tersebut tidak membahayakan masyarakat sejauh tidak ada peningkatan aktivitas mud volcano. "Hal ini sudah kami sampaikan kepada seluruh masyarakat dan tokoh masyarakat setempat (Kecamatan Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat) yang naik di Kapal Baruna Jaya setelah observasi lapangan selesai," kata Mukhlis. Ia mengimbau agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada. "Untuk sementara waktu, sebaiknya masyarakat tidak menyelam di sekitar lokasi karena masih ada aktivitas gas," imbuh Mukhlis. (c39)

Rahasia Pengawet Mumi Cantik Rosalia Lombardo


PALARMO, KAMIS — Mayat Rosalia Lombardo, seorang anak perempuan Sisilia berusia dua tahun yang meninggal tahun 1920, masih terlihat segar. Muminya yang dikenal dengan "Sleeping Beauty" disimpan dalam kotak kaca di Palermo, Italia.

Ramuan apa yang membuat mumi tersebut masih terlihat segar, menjadi rahasia selama bertahun-tahun. Namun, ahli antropologi biologi dari Institute for Mummies and the Iceman bernama Dario Piombino-Mascali berhasil mengungkap racikan yang dipakai untuk mengawetkan Rosalia.

Ia mencari tahu bahan-bahan yang digunakan dari kerabat dan orang-orang dekat Alfredo Salafia, seorang taksidermis atau ahli pembuat awetan yang tewas tahun 1933. Dari catatan tangan yang dibuat Salafia terungkap bahwa ia menyuntikkan zat-zat kimia ke tubuh Rosalia berupa formalin, garam seng, alkohol, asam salisilat, dan gliserol.

Formalin merupakan bahan yang saat ini paling umum digunakan untuk mengawetkan mayat. Campuran formaldehid dan air itu membunuh semua bakteri penyebab pembusukan daging. Salafia adalah salah satu pelopor penggunaan bahan kimia tersebut untuk mengawetkan mayat.

Sementara alkohol di daerah yang kering akan berfungsi mempertahankan mayat Rosalia tetap kering sehingga lebih awet terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Gliserol seperti minyak akan mencegah tubuhnya terlalu kering dan asam salisilat mencegah pertumbuhan jamur.

Namun, kunci utama pengawetan mayat tersebut adalah garam seng. Menurut Melissa Johnsons Williams, Direktur Eksekutif American Society of Embalmers, seng tidak digunakan dalam proses pengawetan di AS. "Seng membuatnya kaku. Anda dapat mengangkatnya dari peti dan membiarkannya berdiri," jelas Williams.

http://sains.kompas.com/read/2009/01/29/09090422/Rahasia.Pengawet.Mumi.Cantik.Rosalia.Lombardo.

Ada Gambar Lain di Lukisan Tuhan...


KOMPAS.com - Lukisan fresco karya Michelangelo di langit-langir kapel Sistine, Vatikan, diduga menyembunyikan gambar lain. Pada salah satu panel yang menggambarkan Tuhan, Michelangelo diduga melukis gambar otak manusia dengan cara disamarkan.

Dalam laporannya di journal ilmiah Neurosurgery Juni 2010, peneliti Ian Suk dan Rafael Tamargo dari Sekolah Kedokteran Johns Hopkins University di Baltimore, Maryland, meyakini Michelangelo melukis otak di dalam gambaran Tuhan, di panel "Pemisahan Terang dari Gelap." Dalam lukisan itu terlihat Tuhan sedang melayang, namun di bagian lehernya hingga dada terdapat gambaran yang serupa dengan otak dan saraf tulang belakang.

Sebelumnya para pemerhati seni dan sejarawan telah mempertanyakan ketidaklaziman yang dilukiskan Michelangelo pada bagian leher lukisan Tuhan yang terkesan menggelembung dan berwarna lebih gelap.

Gambar dalam fresco itu juga dilukiskan seolah mendapat cahaya dari sisi kiri bawah, namun di bagian leher seperti diberi cahaya langsung. Sebagian orang menilai hal itu sebagai suatu kekeliruan, namun Suk dan Tamargo yakin sang pelukis sengaja melakukan itu untuk menyampaikan pesan tersembunyi.

Dalam laporannya mereka menuliskan, "Apakah Michelangelo dalam puncak kemampuannya sengaja menyampaikan sesuatu yang lain? Kami yakin demikian."

Dengan membandingkan detail leher "Tuhan" dalam panel lukisan itu dengan foto otak manusia, garis-garis dalam lukisan memperlihatkan bentuk yang sama persis dengan bagian-bagian otak. Selain itu, gulungan kain yang tampak di tengah jubah Tuhan juga terlihat tidak alami. Kain itu seolah terkumpul secara aneh, sehingga mirip saraf tulang belakang manusia yang turun dari batang otak di bagian leher lukisan.

"Sebagai pelukis jenius, ahli anatomi dan orang religius, Michelangelo dengan cerdik menambahkan hal lain dalam gambaran Tuhan di kapel Sistine dengan gambar otak. Dengan cara ini ia merayakan bukan hanya keagungan Tuhan, namun juga ciptaannya yang paling hebat," tulis keduanya.

Michelangelo dikenal sebagai pelukis, pematung, dan penemu seperti halnya Leonardo da Vinci. Namun ia menyembunyikan minatnya dalam bidang anatomi karena saat itu Paus Julius melarang penggambaran detail anatomi dan bagian tubuh manusia.

Saat mengerjalan lukisan di kapel Sistine, Vatikan, antara tahun 1508 dan 1512, Michelangelo sempat mengalami ketidakcocokan dengan Paus Julius II, dan bahkan menggambarkan dirinya dalam dua lukisan fresco sebagai orang yang tersiksa. Setelah Michelangelo wafat, Paus selanjutnya, Paus Paulus IV meminta agar bagian-bagian vital dalam lukisan ditutupi dengan lukisan daun karena menganggapnya sebagai bentuk ketidaksopanan terhadap kesucian Tuhan.

Adapun temuan ini bukan kali pertama para ahli anatomi menemukan bentuk anatomi yang disembunyikan dalam karya Michelangelo. Tahun 1990, seorang dokter Amerika, Frank Meshberger, mempublikasikan laporan di Journal of the American Medical Association dimana ia menyebutkan adanya gambar potongan melintang otak di panel lain di kapel Sistine, tepatnya di lukisan "Penciptaan Adam." (dari berbagai sumber)

http://sains.kompas.com/read/2010/06/21/1427124/Ada.Gambar.Lain.di.Lukisan.Tuhan....

Tabiat Baru Gunung Merapi


Oleh Gesit Ariyanto dan Mohamad Final Daeng

Dua kali letusan besar Gunung Merapi, pekan lalu, adalah babak baru. Babak baru bagi puluhan ribu penduduk di lereng Merapi dan babak baru bagi vulkanolog serta peminat kegunungapian. Inilah erupsi eksplosif pertama Merapi ketika teknologi pemantauan kegunungapian sudah kian canggih.

Berpuluh tahun, tabiat erupsi Merapi disebut dengan erupsi khas Merapi. Erupsi khas itu berupa leleran lava pijar (erupsi efusif) yang biasanya diikuti luncuran awan panas (wedhus gembel).

Jenis erupsi lain adalah erupsi eksplosif yang ditandai letusan atau ledakan keras yang menyemburkan material vulkanik. Erupsi eksplosif bisa menghasilkan kolom vertikal berkilo-kilo meter yang terbentuk karena tekanan gas yang sangat kuat.

Selasa (26/10/2010) petang dan Sabtu (30/10/2010) dini hari lalu, dalam terminologi Jawa adalahtetenger (tanda) baru. Merapi benar-benar meletus dalam arti sebenarnya: ada ledakan, ada semburan abu vulkanik, serta hujan pasir dan kerikil. Bahkan, pada letusan kedua, hujan abu vulkanik mengguyur kawasan sebagian Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kulon Progo, hingga Bantul (Pantai Parangtritis) yang berjarak sekitar 80 kilometer di selatan Merapi.

"Letusan itu besar," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono. Ia sempat menduga letusan Merapi hanya sekali saja.

Pertimbangannya, akumulasi energi sudah dikeluarkan pada letusan pertama. Sejak ada letusan kedua, semua dugaan menjadi serba mungkin, termasuk kemungkinan letusan ketiga dan seterusnya.

Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi Subandriyo menambahkan, berdasarkan data sementara, kandungan silika pada magma (jika keluar ke permukaan disebut lava) Merapi mencapai 57 persen, yang artinya cenderung asam.

Akibatnya, magma mengental dan kaya gas. Kondisi itulah yang membuat letusan cenderung eksplosif. "Biasanya, kandungan silika Merapi hanya 52-54 persen," ujar Subandriyo. Belum diketahui penyebab peningkatan kandungan silika tersebut.

Meski cukup besar, menurut Subandriyo, kekuatan letusan kedua sekitar separuh letusan pertama, 26 Oktober lalu. Salah satu parameternya, durasi awan panas terlama 22 menit, masih di bawah letusan 26 Oktober yang disusul dua awan panas besar yang masing-masing berdurasi 33 menit.

Kajian baru

Menurut Subandriyo, letusan Merapi kali ini akan menjadi kajian baru karena pengalaman pertama pada era sekarang. Pemantauan dari pos pengamatan Gunung Merapi Selo, Kabupaten Boyolali, pada letusan pertama Sabtu lalu, terlihat semburan api bersama kolom asap membubung setinggi 1,5 kilometer.

Namun, hasil temuan lapangan, dari jenis material yang berhamburan dan jarak hamburannya dari puncak, kemungkinan besar tinggi kolom asap lebih dari 1,5 kilometer. "Semua masih harus diteliti lagi," ungkapnya.

Belum lagi penelitian dituntaskan, letusan kedua muncul. Tiga kali dentuman keras terdengar hingga radius 12 kilometer. Ketinggian asap dilaporkan 3,5 kilometer bersamaan dengan muntahan bola api.

Mengenai dampak hujan abu vulkanik yang lebih jauh dari letusan pertama, hal itu disebabkan arah dan kekuatan angin menuju selatan.

Dari kedua letusan itu belum bisa dipastikan radius luncuran awan panas yang dihasilkan. Yang pasti, belum ada laporan korban tewas akibat luncuran awan panas pada letusan kedua.

Sejarah letusan

Sejarah mencatat, pada 1930 terjadi letusan eksplosif Merapi. Lebih dahsyat dari dua letusan kali ini. Saat itu, titik terjauh luncuran awan panas dilaporkan mencapai 12 kilometer dari puncak.

Sebanyak 13 desa rusak parah dengan 1.369 orang tewas dan 2.100 ternak mati. Abu vulkanik setebal 40 sentimeter dan hujan lumpur mencapai Yogyakarta. Membandingkan dengan kondisi Yogyakarta pekan lalu, dampak letusan tahun 1930 jelas jauh lebih besar.

Bagaimana kondisi sebenarnya tahun 1930 itu? "Data kami sangat terbatas. Lagi pula, pemantauan saat itu tak secanggih sekarang," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Sri Sumarti.

Secara visual, tanda-tanda gunung sebelum meletus dapat dikenali dari asap yang kian hitam dan membubung lebih tinggi serta ada pertumbuhan kubah lava. Guguran batuan juga tambah banyak. Secara seismik jadi lebih sering gempa dan tubuh gunung api menggembung (deformasi). Sebagai gambaran, Merapi sempat menggembung 3 meter sebelum letusan pertama lalu.

Menurut Sri, catatan-catatan seismisitas dan ciri lain itu tidak ada pada letusan tahun 1930. Keputusan peningkatan status Merapi didasarkan atas kondisi terbaru dan potensi bahayanya, termasuk mendasari rekomendasi pengungsian warga.

Erupsi khas Merapi berupa leleran lava dan awan panas itu pula yang selama ini banyak dicatat para peneliti. Erupsi yang khas Merapi.

Kini, tabiat Merapi berbeda. Tak hanya peneliti yang harus menyesuaikan diri, warga pun memiliki tetenger baru. Tak bisa lagi warga bertahan seperti letusan-letusan terdahulu.

Tabiat Merapi yang berbeda kini membawa banyak korban dan kian menyeramkan....