KOMPAS.com — Satelit pertama milik Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bagian dari UNESCOSat Project yang berbiaya 5 juta dollar AS, akan diluncurkan tahun depan. Peluncuran satelit ini bertujuan untuk membantu proses pendidikan, meningkatkan minat pada sains, dan meningkatkan kerja sama global.
Kini, satelit itu memiliki tujuan tambahan. Satelit itu akan digunakan untuk melihat kemungkinan bakteri bisa hidup dan melakukan metabolisme di luar angkasa. Muaranya adalah kemungkinan bahwa bakteri bisa dimanfaatkan untuk mengubah kotoran para astronot menjadi sumber bahan bakar di luar angkasa.
"Ini hal yang sangat potensial. Kita bisa mengambil sampah dan menggunakannya untuk membangkitkan listrik dalam misi ke luar angkasa," kata Donald Platt, Direktur Program Space Science dari Florida Institute of Technology, yang menjadi ketua misi ini.
Untuk melakukannya, para peneliti melengkapi satelit tersebut dengan tempat tes, saluran pencampur, dan pompa solenoide. Selain itu, akan disertakan juga bakteri anaerobik, sejenis bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam melakukan metabolisme.
Bakteri yang akan digunakan adalah Shewanella MR-1. Bakteri tersebut diketahui mampu mengubah kotoran menjadi bahan bakar hidrogen, bahan yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pesawat luar angkasa. Para peneliti ingin melihat dahulu efek tekanan dan gravitasi terhadap siklus hidup bakteri itu.
Para ilmuwan telah menemukan cara mengubah urine menjadi air minum untuk konsumsi selama di stasiun luar angkasa. Mampukah mereka memproduksi bahan bakar dari tinja untuk kebutuhan energi di luar angkasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar